Review Movie: Documentary of AKB48 - No Flower without Rain
DESCRIPTION:
Title: Documentary of AKB48 –
No Flower without Rain (Shoujotachi wa
Namida no Ato ni Nani o Miru?)
Director: Takahashi Eiki
Producer: Kubota Yasushi, Niizaka Junichi, Akimoto Shinsuke, Kitagawa Kenji, Yoshida
Ritsu
Casts: AKB48, SKE48, NMB48,
HKT48, JKT48, SNH48, Maeda Atsuko
Narrator: Ito Ayumi
Music: Otsubo Hitoro
Theme song: “After Rain” / AKB48
Production company: AKS, Toho, Akimoto Yasushi Jimusho, North River, NHK Enterprise
Distributor: Toho
Date release: February 1, 2013
Duration: 127 minutes
Country: Japan
Language: Japanese
“The pain inside the members who stand here [as center] is something that only that person can understand.”
—Maeda Atsuko
Tahun 2012 adalah tahun yang penuh kenangan bagi semua member AKB48. Pada
tahun itulah, sebuah mimpi tercapai, sejumlah perjalanan diakhiri, sebuah
perubahan dimulai, dan lebih banyak tanggung jawab diperkenalkan. Bagi para pioneer dari generasi awal AKB48, grup
yang telah mereka bangun dengan susah payah selama enam tahun itu tidak hanya
berfungsi sebagai sebuah pekerjaan atau hobi semata. AKB48 telah menjadi sebuah
dunia yang memberi mereka eksistensi dan jalan menuju kedewasaan. Tidak semua
kenangan yang mereka lalui sebagai member
AKB48 indah, justru lebih banyak air mata tercurah sepanjang tahun-tahun penuh
kerja keras mereka. Tidak sedikit dari mereka yang sempat putus asa di tengah
jalan; dari 22 member generasi pertama, tinggal tersisa 6 orang yang masih
bertahan sampai tahun 2012. Namun mengikuti kepergian para senior mereka,
terbentuklah generasi-generasi baru yang siap membawa AKB48 hingga menjadi ikon
paling membanggakan dari tanah air mereka.
Lewat film dokumenter ketiga yang disutradarai oleh Takahashi Eiki ini,
AKB48 membuka cerita tentang sejumlah peristiwa yang telah terjadi selama tahun
2012. Serangkaian kisah ini disusun dengan indah dan berfokus pada keberadaan center (posisi yang paling
diidam-idamkan di AKB48). “No Flower
without Rain” mengungkap kebenaran di balik sosok Maeda Atsuko yang telah
menjadi center AKB48 selama lebih
dari enam tahun, dan, pada tahun 2012, memutuskan bahwa dirinya siap untuk
melangkah lebih jauh dengan melepas gelar ace
AKB48 yang disandangnya itu. 2012 adalah tahun di mana Acchan (panggilan untuk
Maeda Atsuko) memutuskan untuk lulus dan mengakhiri kariernya di grup idola
tersebut.
Sebagai wajah dari AKB48, Maeda Atsuko menanggung beban yang berat selama
enam tahun perjalanan kariernya. Dengan kelulusannya di pertengahan tahun 2012,
sejumlah member kini mendapatkan
kesempatan untuk mengecap pahit-manisnya tanggung jawab sebagai seorang center yang berdiri di puncak formasi,
diawasi baik oleh para member di belakang punggungnya maupun para fans di
hadapannya.
“No Flower without Rain” juga mengulas beberapa skandal yang sempat terjadi di tahun 2012, efek
dari reshuffle tim di tengah-tengah
konser AKB48, dan arti penting AKB48 di mata para member, baik yang telah
pergi, yang baru memulai, dan juga yang kini tengah mendaki tangga menuju
puncak singgasana AKB48.
Film dokumenter ini merupakan sebuah tontonan yang memesona saya dari awal
sampai akhir, dengan pembagian dan transisi scene
yang rapi, pemilihan momen yang tepat, dan alunan soundtrack yang sangat menggambarkan suasana dalam tiap kejadian
yang diceritakan. Usai menonton film dokumenter ini, saya baru menyadari
sepenuhnya pesan yang ingin disampaikan para member AKB48 dan alasan dipilihnya
judul “No Flower without Rain”. Film
dokumenter ini bercerita tentang mimpi, kerja keras, persaingan, dan juga
tentang mengambil sebuah pilihan. Ungkapan “No
Flower without Rain” dipilih untuk menegaskan bahwa, tanpa hujan, tidak
akan ada bunga yang mekar. Hal yang sama berlaku juga bagi manusia. Tanpa air
mata dan perjuangan, tidak ada mimpi yang bisa tergapai. Pesan penting itulah
yang ingin disampaikan segenap keluarga besar AKB48 kepada para fans, di mana
pun mereka berada, siapa pun mereka pada awalnya.
Comments