Dua Orang di dalam Satu Badan
Kujahit inisialku pada bahu jaket kesayanganmu dengan benang putih, melingkar meliuk seperti kepak sayap camar di atas laut berbuih. Bunga merah mekar di atas huruf yang paling tinggi, bintang kecil terselip di salah satu kelopak mungil, kerlipnya memanggil. Kugantung jaket itu di belakang pintu, kusemprot parfum, kutinggalkan pesan di atas meja kayu. Padamu aku menulis, Pakai ini saat kita pergi ke dokter gigi, lengkap dengan ilustrasi mungil di sisi kanan agar kau mudah mengerti. Kamarmu kutinggal pergi. Kuncinya masih tergantung di bawah kenop besi. Kukenakan sepatu yang kau simpan di samping pintu garasi. Talinya tak ada, hilang entah ke mana. Mungkin saja terselip di sela-sela laci dan sampai sekarang kau terlalu malas untuk mencari. Sebagai gantinya, aku memakai pita merah muda yang kau beli di warung samping rel kereta api. Ponselmu mati, kusimpan di saku belakang celana. Saat aku berjalan ke stasiun nanti, adakah mata pencopet yang akan menyala lapar? Tak masalah, tak masal...